Friday, October 25, 2013

Terjerat Rentenir, Bagaimana Solusinya?

Terjerat Rentenir, Bagaimana Solusinya?

Jum at, 25 Oktober 2013, 12:33 WIB
Komentar : 0
money.msn.com
REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr Wb Pak Hari ‘Soul’ Putra.  Perkenalkan saya pedagang di salah satu pasar di Cimahi.  Saat ini saya terjerat utang dengan salah seorang rentenir. Waktu itu, saya terdesak karena kekurangan modal.  Jika meminjam ke bank, agak ribet prosedurnya dan menunggu waktu lama, sedangkan dengan rentenir tersebut, cepat dan bisa segera cair.  Bagaimana solusinya? Terima kasih atas nasihatnya.Bayar utang/ilustrasi

Warni 

Cimahi

 

Jawaban WF 19

Wa’alaikumsalam Wr Wb, Senang mendapat pertanyaan dari Anda Bu Warni. Praktik rente atau membungakan uang sudah sejak dahulu ada.  Bahkan hampir semua kitab suci melarang ummatnya untuk membungakan uang.

Dan uniknya, praktik rente ini, selalu bermetamorfosis dari zaman ke zaman. Selalu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Jika dahulu ada istilah sistem ijon, membeli sebelum padi atau buah-buahannya masak di pohonnya, hari ini hampir kita temui praktik tersebut dengan cara yang lebih elegan.

Jika bunga di perbankan antara 1-2% per bulan, maka sistem rente di masyarakat, bisa 3-5%, bahkan ada yang 10%. Dan dengan iming-iming kemudahan dalam pencairan, membuat para pedagang dan masyarakat yang terdesak, larinya ke rentenir tersebut.

Dan memang dalam praktiknya, rentenir ini sangat perhatian pada pedagang dan orang-orang yang membutuhkan uang. Biasanya, masalah muncul sejak pinjaman tersebut cair dan langsung dikenakan bunga, apakah uangnya digunakan atau tidak. Jadilah pedagang kecil menjadi bulan-bulanan rentenir.

Saran kami, jika utang Anda belum terlalu banyak, segera lunasi utang Anda tersebut. Jika cukup banyak, bisa meminta teman/saudara untuk membantu Anda menalangi dahulu utang Anda tersebut. Sepertinya terkesan gali lubang tutup lubang, tetapi efeknya untuk sementara Anda tidak dikejar-kejar lagi oleh si rentenir dan kaki tangannya, minimal hidup Anda tidak selalu waswas.

Seperti yang dikatakan Umar Ibn Khattab RA, “Hati-hatilah terhadap utang! Awal dari utang adalah kekhawatiran dan akhirnya adalah peperangan.”

Bahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Babawih dan Al Baihaqi, Rasulullah SAW bersabda, “Berhati-hatilah dalam berutang.  Sesungguhnya berutang itu, suatu kesedihan di malam hari, dan kerendahan diri (kehinaan) di siang hari.”

Bayar utang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr Wb Pak Hari ‘Soul’ Putra.  Perkenalkan saya pedagang di salah satu pasar di Cimahi.  Saat ini saya terjerat hutang dengan salah seorang rentenir. Waktu itu, saya terdesak karena kekurangan modal.  Jika meminjam ke bank, agak ribet prosedurnya dan menunggu waktu lama, sedangkan dengan rentenir tersebut, cepat dan bisa segera cair.  Bagaimana solusinya? Terima kasih atas nasihatnya.

Warni 

Cimahi

 

Jawaban WF 19

Wa’alaikumsalam Wr Wb

Bagaimana selanjutnya agar tidak terjerat kembali?

Berikut tips yang bisa kami berikan :

1. Buat dana darurat

Dari setiap penghasilan atau keuntungan dari usaha Anda, sisakan antara 5-10% untuk dana darurat (untuk lebih jelasnya, bisa baca kembali pekan sebelumnya http://www.republika.co.id/berita/konsultasi/motivasi-keuangan/13/10/18/muug9y-siapkan-dana-darurat-perlukah)

 

2. Disiplin dalam alokasi kebutuhan

Coba cek kembali, apa saja yang benar-benar menjadi kebutuhan Anda dan keluarga, bila perlu pindah pake. Misal,  jika selama ini ibu terbiasa menggunakan odol merek X, kenapa tidak merubahnya menjadi merek Y yang harganya jauh lebih murah dst.  Selain itu, ibu mencatat tiap bulan, berapa sebenarnya pemasukan dan pengeluaran ibu. Sehingga bisa memprediksi, untuk bulan depannya, berapa alokasi yang sebenarnya.  Serta disiplinlah dalam menerapkannya.

 

3. Modal usaha

Ketika ibu sudah menghitung berapa sebenarnya penghasilan ibu selama 1 bulan, alokasikan dana untuk modal usaha sebesar 30% dari penghasilan, misalnya bulan ini mendapat penghasilan Rp 1 juta, alokasikan Rp 300 ribu sebagai modal usaha.

 

4. Investasi

Dari penghasilan ibu tersebut, coba mulai menyisihkan untuk dana investasi.  Idealnya 30% juga, jika tidak bisa antara 5-10%. Yang termudah adalah menabung dahulu, setelah terkumpul baru menginvestasikannya.  Misal ibu bisa membeli emas batangan.

 

Selamat berusaha! 

Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email :uang@rol.republika.co.id  SMS 0815 1999 4916.

No comments:

Post a Comment